Senin, Februari 21, 2011

More than Just Fun with Snowboarding

Meski sebelum-sebelumnya telah mencoba berbagai macam olahraga musim dingin seperti ice skating, snow shoeing hingga snow tubbing, toh tidak afdhal rasanya kalau tidak mencoba snowboarding. Alasannya, dibanding olahraga yang lain, snowboard terlihat lebih keren plus lebih terkenal. Jadi jangan heran saat mendapat tawaran snowboarding, saya pun mengiyakan....Sayakan juga mau kelihatan keren...Emang situ doang yang mau kelihatan keren...

Kesempatan snowboarding kali ini dilakukan bersama dengan beberapa mahasiswa International dari College berbeda. Persamaan kami adalah, baik itu yang dari Indonesia, Afsel, Turki, Pakistan, Kamerun, dan Panama, tak ada satupun yang diantara mereka yang tau bermain ski ataupun snowboard. Jadi nantinya saya tidak bakal kelihatan bodoh sendirian. Untunglah.

Untuk arena ber-snowboard ria sebenarnya lumayan banyak di Washington State. Mungkin sekitar sepuluh tempat. Sebut saja The Summit at Snowqualmie, Stevens Pass Ski Area, Mt. Baker Ski Are, Leavenworth Ski Hill dan lainnya. Pilihan dijatuhkan pada Mt. Baker Ski Area, tidak jauh dari tempat snowshoeing dahulu. Alasan memilih tempat ini karena tempat ini adalah yang terdekat dengan college mereka. Whatcom Community College.


Sayangnya, jika dulu setiap olahraga musim dingin yang saya ikuti selalu gratis karena biayanya selalu ditanggung oleh orang lain, maka snowboarding kali ini saya harus merogoh kocek saya sendiri. Sedikit agak dalam.
Oke, let me ask you something. Sowboard tergolong olahraga mahal disini. Apalagi jika anda tidak memiliki papan snowboard dan peralatan lainnya. Untuk me-rental alat-alat tersebut anda harus merogoh kocek sekitar $30. Itupun belum termasuk short course bagi mereka yang belum pernah mencoba snowboarding sama sekali, dalam hal ini saya. Alhasil, duit sekitar 48 dollar itu habis untuk bisa menikmati snowboard....Peninggggggg...kepala saya pening. Tapi mau apa lagi.. Ada uang abang snowboarding, tak ada uang abang sepertinya tak mungkin...

But, forget about money. Olahraga snowboard It's more than just fun. Apalagi bagi mereka yang suka extreme sport. Olahraga ini benar-benar memacu adrenalin. That's why, buat yang mengunjungi negara bersalju di saat musim dingin, you may try this one. It was fun. Believe me....

Namun, meskipun kelihatan mudah tapi jangan salah. Ini tak seperti yang kita lihat. Buktinya, saya harus terjatuh puluhan kali saat mencoba menyeimbangkan badan di atas papan skateboard yang bergerak di atas salju. The more you try, the more you fall...Intinya, jangan pernah berhenti mencoba dan buang rasa takutmu. Jangan pula lupa untuk menyingkirkan rasa malumu, karena mungkin engkau akan menemukan anak kecil berumur 7 tahun bermain snowboard dengan seantainya di sekitarmu.

Finally, benar kata Matthew Botos, blogger asal Amerika yang juga doyan snowboard . I guess that’s the great thing about snowboarding and other sports - that people can come to them for a variety of reasons, and all leave happy at the end of the day.

I really love this game so much, Meski akibatnya saya harus menghemat makan hingga akhir bulan karena kehabisan duit....but it's It's more than just fun though. It' is. :-)

Sabtu, Februari 12, 2011

Snow Tubing; Another Way to Enjoy Snow

Musim dingin hampir berlalu. Sang mentari mulai terbenam menjelang setengah enam, pertanda musim semi mulai datang menyapa. Berbeda dengan di daerah di East Cost yang justru dilanda Blizzard (badai salju), salju di daerah West Cost justru sudah mulai jarang turun. But wait, bukan berarti party on the snow telah berahir.

Saatnya memperkenalkan satu lagi cara untuk menikmati salju di Amerika. “Snow tubing" Begitu orang di sini menyebutnya. Kalau di Indonesiakan mungkin artinya, “Perosotan Salju.” Anyway, kok arti Indonesianya kedengaran aneh. Translation saya kayaknya gak berhasil kali ini...

Well, semua pasti tau apa itu perosotan. Dahulu kala, waktu kita masih muda, sebutlah Taman Kanak-kanak, biasanya kita bermain perosotan yang terbuat dari plastik ataupun kayu. Yang plastik biasanya ditemukan di perkotaan, sedang bagi kami yang tinggal di desa, prosotannya terbuat dari kayu. Nah, konsep snow tubing hampir sama dengan yang ini. Bedanya, perosotannya terbuat dari salju yang membeku, bukan dari plastik atau bahkan kayu. Nantinya, seseorang akan meluncur dari atas bukit bersalju dengan bantuan ban dalam yang telah diisi udara. Maaf kalau penjelasan saya ribet,untuk lebih mengertinya segera menuju om Youtube lalu ketik snow tubing. I believe it's gonna be clear. Kalau anda beruntung, anda menemukan video saya disana...he he he

Kalau sebelumnya saya melakukan snow shoeing di Mount Baker, untuk snow tubing kali ini tempatnya bernama "The Summit at Snoqualmie - Washington Ski Resort." Letaknya diantara Snoqualmie dan Seattle. Berjarak sekitar 30 mile atau sekitar satu jam dari Seattle. Dan seperti arena olahraga musim dingin lainnya, tempat ini juga dilengkapi arena untuk ski dan snowboarding. Salju di daerah ini ternyata masih banyak karena merupakan daerah datarang tinggi. Tidak heran kalau saljunya masih turun.

Biaya yang dikenakan untuk bisa memasuki tempat ini sekitar 18 dollar untuk dua jam. Namun hari itu sepertinya keberuntungan berpihak pada saya dan teman-teman. Project coordinator kami menanggung semua biaya kali ini. Wah, indah nian hidup ini kalau selalu dapat yang gratis...Disinilah enaknya beasiswa....he he he

Wait, atau jangan-jangan saya salah paham. Bisa jadi coordinator saya tahu kalau Indonesia, India dan Pakistan adalah negara yang masyarakatnya kebanyakan orang miskin sehingga dia tidak tega hati meminta uang 18 dollar kepada kami. Ah, mungkin saja...Ah, biarlah....Ah, tak apa...

And here we goo..dari atas bukit, orang kampung yang dulunya hanya menghabiskan waktu kecilnya bermain bola di sore hari atau mandi di sungai di siang hari, bersiap berlari. Bajunya yang bertuliskan “Washington Huskies” seakan menegaskan kalau dirinya sedang di Washington bukan di Makassar atau Bulukumba. Yup, that was me. Dengan bantuan ban saya pun meluncur di atas salju berketinggian 20 meter. Tidak sampai semenit saya sudah berada di bawah...

Tuhan memang betul-betul Maha kuasa dengan segala ciptaan-Nya. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau abaikan. Ayat itu kembali terlintas. Saya berusaha untuk selalu beryukur atas setiap hal baru yang saya dapati disini. Karena sepengatuhan saya, semakin kita bersyukur semakin Tuhan menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Saya sangat bersyukur bisa ke Amerika, semoga karena bersyukurnya saya, Tuhan menambahkan nikmat-Nya. Sehingga suatu saat nanti, saya bisa ke Eropa, Australia, hingga Afrika....www.ngarep-banget.com

Untuk sesaat saya melihat sekeliling...Suatu saat nanti saya pasti akan merindukan tempat ini. Putih.....

Sabtu, Februari 05, 2011

Rally Seatte; Peace for Egypt

Bilaadi Bilaadi Bilaadi , Laki Hubbi wa Muladi... Begitu bunyi potongan lirik lagu kebangsaan Mesir yang baru saja saya tahu.

Well, Siapa sangka, effect dari demontrasi besar-besaran di Mesir juga merembet ke negara-negara lainnya. Di banyak negara, aksi solidaritas mendukung masyarakat mesir bermunculan. Di Inggris, Kanada termasuk Amerika sendiri. Padahal, Mesir dan Amerika terkenal sebagai negara yang sangat bersahabat baik.

Di Amerika, rally menentang Mubarak terjadi di Washington DC, New York, Nashville, LA, hingga downtown Seattle. Di Seattle sendiri, ini adalah rally kedua kalinya setelah sebelumnya sebuah rally juga dilaksanakan di bulan Januari. Oyach, saya sempat bingung saat pengumuman di University of Washington menyebutkan tentang adanya “rally” di Seattle. Dalam pikiran saya, rally adalah balapan mobil atau motor. Padahal rally yang dimaksudkan di sini adalah demonstrasi. “Kirain Valentino Rossi bakal ke Seattle”

Terbukti, 6 bulan di USA, gak menjamin bahasa Inggris kita menjadi perfecto.

Anyway, saya terpanggil untuk ikut berunjuk rasa. Alasannya simpel. Saya ingin Mesir cepat damai kembali. Apalagi adik saya kebetulan juga disana, mendapakan beasiswa di al-Azhar University. Logika sempit saya adalah, kalau Mesir kembali damai, Saudara saya akan aman. Itu logika sempit saya...”Emangnya ada logika sempit yah..???”

Saya jadi teringat balasan message beberapa hari yang lalu. “Adapun di tempat saya sendiri masih lumayan amanlah. Walaupun memang ada teman-teman dari berbagai negara kembali ke negara mereka untuk sementara waktu. Mohon doanya moga-moga Mesir segera pulih kembali. Malulah pulang kalau belum selesai. SIRI' bro.” Aha, watak aslinya sebagai orang Bugis-Makassar keluar juga. Sekali layar terkembang, pantang bagi kami surut ketepian. Kuallengi Tallangga na toalia.

Demonstrasi di Seattle tidak hanya dihadiri oleh warga keturunan Mesir namun juga banyak warga dari negara lainnya, termasuk Amerika ataupun Latino. Demonstrasi sendiri dipusatkan di Downtown Seattle di depan Westlake Mall, Pine Street and 4th Avenue. Lucunya, ada juga lo yang membawa poster yang bukan menuntut Mubarak mundur, tapi justru menuntut Presiden Ethiopia mundur. “Kayaknya salah demo nih Brother....”

Yell-yell mendukung turunnya Mubarak pun dikumandangkan. “One two three four, kick Mubarak out the door. Five six seven eight, stop the killing stop the hate.” - “Facebook, twitter may be banned, Egyptian voice will be heard.”

Adapula yel-yel berbahasa Arabnya saya lupa. Bahasa Arab saya payah meski pernah belajar 6 tahun. Satu-satunya kalimat yang saya ingat benar setelah dulu 6 tahun belajar di Pesantren adalah “Kaifa Haaluk...???” jawabnya “Alhamdulillah”

Dukungan melalui poster sangat banyak: We support Egypt's revolution, Walk like an Egyptian, Get off dude, Free Egypt, Change in Egypt is way overdue – We should help, Solidarity with Egyptians, 30 years aren't enough..?? sampai yang bunyinya begini: Tunisia, Egypt, and USA is next....

Nah, perbedaan mendasar antara demo disini dengan demo di Indonesia pada umumnnya adalah: Untuk berdemonstrasi harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pihak berwenang. Meski dihadiri ratusan demonstran namun demo sama sekali tidak mengganggu aktifitas di jalan raya. Tak ada kemacetan sedikitpun. Tak perlu ada bakar ban ataupun penutupan jalan. Dan yang terpenting, pesan tersalurkan. Salut…

Saya jadi teringat suatu tempat. Ah, seandainya demo di tempat tersebut bisa sedamai dan setertib ini...

Damai Mesir, damai Amerika, damai Indonesia, damai Dunia....

Pages