Sabtu, Januari 08, 2011

Snowshoeing; Walking Over the Snow in Narnia

Olahraga apa saja yang terpikir saat kita menyebut salju...??? Jawaban yang kemungkinan banyak akan muncul adalah Ski dan Snowboarding. Sedang jika ada yang menjawab Volley Pantai ataupun Renang, kayaknya ada yang masalah dengan otak mereka. “Berharap bikini di tengah salju bang…??? Gila” Dan itu sebabnya saya malas nanyain pertanyaan semacam ini kepada orang gila. But anyway, Ada lagi satu olahraga salju yang begitu digemari oleh orang-orang di Amerika dan itu belum banyak di ketahui di Indonesia. Mereka menyebutnya “Snowshoeing.” Penjelasan singkat yang saya temukan adalah, basically, snowshoeing is walking over the snow. Sebut saja ini jogging di atas salju.

Meskipun kelihatan simpel, tapi toh tetap saja olahraga ini membutuhkan banyak perlengkapan. Baju dan celana berlapis lapis plus jaket dan celana training yang tahan air. Ini HARUS. Soalnya kita bakalan masuk ke kandangnya salju dimana dinginnya kulkas gak ada apa-apanya sama sekali. Sumpah, kali ini saya tidak bercanda. Terus, ada Snowshoeing or Sepatu Salju yang dapat mencegah kita tenggelam di salju, serta “tongkat si buta.” Yang ini nama English nya saya lupa. Tujuannya sebagai alat bantu berjalan sekalian untuk memastikan apa jalan di depan kita bukanlah lubang atau bahkan jurang. Tak lupa beberapa perlengkapan lainnya seperti kaos tangan, sepatu boat, kompas, de el el.

Dibanding ski ataupun snowboarding, snowshoeing justru jauh lebih murah. Saatnya belajar matematika. Untuk snowshoeing saya hanya perlu membayar $20 untuk rental snowshoeing shoes. Sedang untuk bermain snowboard, dari website yang pernah saya baca kita harus membayar lebih dari $60-$ 200...

Untuk urusan tempat, Snowshoeing bagusnya dilakukannya di gunung ataupun hutan. That’s why, kali ini, kami memilih Mount Baker Ski area. Tempat ini memang mempunyai terkenal untuk ski dan snowboard. Serta beberapa area untuk ber snowshoeing ria. Untuk mencapai tempat ini sebenarnya agak ribet jika kita tidak memiliki kendaraan sendiri. Alasannya karena tidak ada bus yang dapat mengantarkan kita dari Bellingham stasiun. Di sogok bagaimanapun juga sang sopir juga gak bakalan mau ngerubah trayek. Untuk jalan kaki ke sana pun kayaknya susah. Naik mobil saja kita bakal menghabiskan waktu sekitar se jam dari Belingham ke Mount Baker ski area. Gimana kalau jalan kaki…??? Mau Mati….

Well, Kemurahan hati Monica dan Greg lah yang membuat kami bisa ikut merasakan kegiatan musim dingin yang satu ini. Pasangan ini yang mengundang kami untuk ikut dengan mereka dan beberapa kawannya ber snowshoeing ria. Kalau sudah diajak begini, kami tak perlu menghawatirkan apa-apa lagi. Termasuk masalah transportasi dari dan ke Mount Baker Ski Area. Ada mereka kok. Di sinilah pentingnnya punya kenalan keluarga America…..lol

Here we go…Setelah sampai di tempat tujuan dan semua perlengkapan telah dipakai, saatnya pun berpetualang di daerah pegunungan yang serba putih itu. Awalnya, akan terasa aneh berjalan dengan sepatu boot yang dialasi dengan snowshoes. Belum lagi medan yang terkadang curam dan tumpukan salju yang begitu tinggi. Namun meskipun begitu, sungguh saya harus merekomendasikan snowshoeing di pegunungan jika nantinya ada yang mengunjungi negeri-negeri bersalju. It was really awesome. Wonderful. Supe duper cantik. Subhanallah. Terkesanlebay tapi biarlah. Benar-benar Tuhan Maha kuasa dengan menciptakan bumi yang begitu indah bagi manusia. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau ragukan....???

Bagi mereka yang pernah menonton Narnia, seperti itulah tempat dimana saya berada saat itu. Semuanya putih, pohon-pohon Douglas yang mendominasi hutan pun turut tertutup putih salju. Betul-betul Narnia. Sejauh mata memandang hanyalah hamparan putih salju dihias pepohonan yang sebagian besarnya laksana pohon yang daunnya berwarna putih.

Saya jadi membayangkan “Tumnus” si manusia kambing itu sedang memperhatikan saya dari balik dedaunan, lalu tiba-tiba sebuah auman keras mengagetkan saya. Seekor singa besar berdiri tepat di depan saya. Aslan sang singa tersenyum, lalu mengeryitkan matanya. Lalu dia berkata: Welcome to Narnia Sam.......

Sabtu, Januari 01, 2011

This is How People Celebrate New Year

Tentunya, ada banyak cara untuk merayakan pergantian tahun baru versi Masehi. Tak perduli mau tempatnya di Tokyo, Sidney, London, Paris, Vancouver, New York, Washington DC, Dubai, Jakarta, Bandung, Jayapura ataupun Makassar tercinta. Umumnya, pergantian tahun ini akan dirayakan dengan “fireworks.” Sepertinya, kembang api adalah sebuah keharusan. “Gak ada lo Gak Rame”. Bedanya, keindahan dan kemewahan kembang apinya tergantung dari negaranya. Tampa bermaksud memandang remeh, bisa saja kembang api di sini lebih terlihat megah dan mewah. Soalnya ditunjang budget yang besar, teknologi plus panitia yang tentunya tidak “korupsi.” Ups, Mohon maaf kepada negara yang tersinggung dan terkenal korupsinya…

Untuk urusan tempat sudah tentu dipusatkan di titik point tempat masyarakat bisa berkumpul. Sebut saja kalau di Jakarta biasanya di Monas, Makassar di Pantai Losari, New York di Time Square dan Seattle di Space needle.

Sayangnya, saya harus melewatkan pesta kembang api super meriah di Seattle karena memilih merayakan malam tahun baru dengan jalan lebih tradisional. “Kumpul dengan keluarga Amerika” Alasannya simpel, saya bisa saja menyaksikan tayangan fireworks itu melalui tv ataupun Youtube. Namun melewatkan New Years Eve with Traditional Values of America entah kapan lagi......

Well, I’ve got lucky bisa bertemu dengan Greg dan istri tercintanya Catalina. Pasangan super duper gokil dan selalu ceria. Entah telah berapa kali mereka memanggil kami ke setiap party, entah itu party di rumah mereka ataupun party di rumah temannya. Off course, partinya bukan party ala remaja seperti yang dulu biasa saya datangi. Mabuk-mabukan sampai dah gak sadar main film porno-pornoan. Kali ini partinya lebih ramah lingkungan, lebih pengertian, dan lebih dewasa.

Ada 13 orang yang malam itu berkumpul. Hanya saya, Thya, Tyena yang tergolong remaja umur 20 an. 23 maksudnya. Si Seft lebih parah lagi, dia masih di bawah umur. Let say 10 years. Lainnya boleh dikata sudah 30 an lebih. Malam itu dimulai dengan mencicipi makanan dari berbagai negeri. Ada Indonesia, Malaysia, Amerika, dan Israel. Selanjutnya, sambil menanti pergantian tahun, kami bermain games board, Jenga dan Uno. Jenga adalah permainan balok kayu kecil yang tersusun rapi berbentuk menara. Cara memainkannya adalah dengan jalan membentuk menara baru di atas menara yang lama dengan jalan mengambil balok paling bawah lalu menyusunnya di atas. “Don’t get the tower fall down”, Jangan sampai menaranya jatuh. Itu intinya. sedang Uno lebih pada permain game kartu biasa. Setiap kartu memiliki warna dan nomer tersendiri. Tak lupa beberapa kartu “super” yang membuat permainan makin menarik. Kalau yang ini intinya: “Siapa yang kartunya habis, dialah pemenangnya.” Either way, untuk lebih lengkapnya, Om Google mungkin bisa menjawab. Bagaimana om....????

Tepat pukul 12:00 kamipun semua bersulang. Setiap orang memegang cangkir berisi wine di dalamnya. Wine memang menjadi minuman biasa disini. Untuk kami yang Muslim, Secangkir Apple Cider sebagai pengganti wine. Kami pun ikut bersulang. Mereka yang berkeluarga berpelukan lalu mencium pasangan mereka. Di luar sana bunyi terompet dan kembang api mulai bemunculan. Happy New Year.

Malam itu kami kembali pukul 2:30 setelah sebelumnya menghabiskan banyak waktu sambil bermain game plus berkeliling gila ria di tengah kota yang mulai sepi karena penduduknya mulai tertidur lelah setelah merayakan tahun baru.

Are we done yet....??????????

Sepertinya tidak. Karena keseekon harinya, pagi sekitar jam 9:00 a.m. Marry seorang Student Coordinator di Whatcom Community College datang lalu mengajak kami ke Lake Paden. Hari itu, pagi pertama di tahun 2011 betul-betul dingin, putih salju dimana-mana. Saking dinginnya, beberapa bagian danau bahkan sampai membeku. And here we go.... Ternyata, sudah menjadi tradisi di kota kecil ini mengawali tahun baru dengan berlari mengelilingi danau di pagi hari lalu mengakhirinya dengan bersama-sama “nyemplung” masuk kedalam danau. Gak perduli tua, muda, laki atau perempuan, semua pada turun ke air. Banyak diantara mereka yang bahkan hanya memaki pakaian renang doang. Grrgggggggggghhh, gilaaaaaa pasti dinginnya minta ampun. Saya saja yang melihatnya sudah menggigil duluan..

Di akhir acara saya pun kebagian certificate yang seharusnya diberikan kepada mereka yang terjun ke danau. Namun berhubung saya turut ikut ambil bagian setidaknya dengan berlari-lari kecil mengelilingi danau, maka tak apalah. Kalaupun nanti mereka minta certicificate nya di balikin juga gak papa...

Finally, that was my New Year in America. Time to make resolution right now. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di awal tahun saya selalu bermimpi setinggi-tingginya dengan resolusi saya. Kuharap kalian begitupun adanya. Tahun ini…Saya masih gila saja untuk bermimpi. Bukankah Tuhan memeluk mimpi-mimpi hambaNya. Maka bermimpilah. Ah, semoga saja tahun depan bisa dapat beasiswa lagi ke negeri yang lain….ngarep.com

Tentunya, sayapun berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik di tahun ini. Saya jadi teringat inspirational quote terkait tahun baru yang pernah diucapkan seniornya Obama, Benjamin Franklin: “Be at war with your vices, at peace with your neighbors, and let every New Year find you a better man.”

Amien….Semoga..

NB: Click the picture untuk lebih Jelas ;-P

Pages