Senin, September 20, 2010

Welcome to American College - Part 1

Finally, the real American class is started right now…

Excited, itu yang saya rasakan. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya merasakan kuliah di luar negeri, Apalagi tempatnya di Amerika. Selama ini saya hanya bisa bermimpi dan bermimpi. Namun hari ini, hal itu betul-betul menjadi kenyataan. Tidak lagi dalam mimpi atau sekedar cerita yang saya buat. It’s real.

Kelas pertama saya dimulai jam 10. Bersama Tessa dan si Pakistan yang pagi ini bangun terlambat dan tampa merasa bersalah sedikitpun minta ditungguin selagi dia mandi, kami menuju kelas yang letaknya sangat dekat dari Apartemen di mana saya tinggal.

Kelas dimulai and I am really overwhelming. Saya tak menyangka akhirnya saya duduk diantara anak-anak berambut pirang berkulit putih dengan bahasa 100% “moco-moco” (itu sebutan yang saya dan adik saya ciptakan untuk bahasa Inggris selagi saya masih kecil dan tinggal jauh di kampoeng).

Fasilitas!!! Inilah yang selalu membedakan Amerika dan negeri dimana beta lahir, Indonesia. Tampa bermaksud membandingkan dan menunjukkan sisi lemah negerinya pak SBY, harus diakui kalau kita ketinggalan jauh di banding Amerika, terlebih lagi dalam hal fasilitas. Saya jadi teringat pesan dosen saya. Tidak fair membandingkan Indonesia dengan Amerika.

Ruangan tempat saya belajar begitu sophisticated dimana tiap meja dilengkapi dengan IMac. Setiap siswa bakal duduk manis dengan IMac di depan mereka.. Yang tidak tau tahu apa itu IMac kayaknya perlu bertanya ke om google. Laptop canggih yang seumur-umur saya sendiri tidak pernah memakainya. Jadi tidak heran kalau saya sedikit gugup dan bingung waktu pertama kali menyentuh. Saya memang sangat kampungan. But wait, saya gak sendiri, temen saya asal Pakistan itu kayaknya juga kagak tahu.

Saya bisa saja bertanya kepada teman yang duduk di sebelah saya. But the problem is, the person is a girl. Tentu saya tidak mau kehilangan reputasi. Saya tidak mampu membayangkan bagaimana cewek berambut pirang dengan matanya yang berwarna hazel itu mengerutkan keningnya lalu memandang saya dengan perasaan aneh. “What??? Are you serious you don’t really know how to use IMac??? Gosh”

Untunglah, naluri dan jemari tangan saya bekerja saat itu. Dengan pedenya saya main klik seenaknya dan meski hanya seenaknya, ajaibnya, it’s work. Saya jadi senyum-senyum sendiri. Temen saya yang dari Pakistan masih celingak celinguk bingung. Indonesia is better, ucapku sambil senyum senyum sedikit sombong. Dasar, baru segitu doang sudah besar kepala. So what gitu loh.

Ada hal aneh yang sesungguhnya tidak mengganggu saya namun mungkin membuat lidah sebahagian teman dan dosen saya bisa-bisa keseleo. Nama saya yang ternyata Indonesia banget menjadikan mereka sedikit susah dalam melafalkan nama saya dengan baik dan benar. Saya jadi kasihan saat mereka berusaha menyebut “Syamsul” dengan tepat. Terkadang mereka menyebut Samsu, Semsul, Semmmsuh, Shanesul, atau Shamesul. Entah bagaimana kalau nama saya Syamsul Bahri. Mungkin mereka bakal memanggil saya “Sunset Bali”. That’s why, demi kemudahan, mereka lalu memanggil saya Sam. “It’s pretty easier” kata mereka. Gampang oi. Macam si Samantha yang juga di panggil Sam. But it’s better lah ketimbang dipanggil Shamefull atau Ashame.

Di luar sana hujan masih turun membasahi bumi Amerika tempat saya memulai petualangan saya sebagai siswa di Everett Community College. Tuntutlah ilmu sampai ke Amerika, kata pak Ustadz. Saya juga jadi teringat twitter Mr. President Obama: Education is about more than getting into college or getting a good job. It’s about giving each of us the chance to fulfill our promise”. Entah apa kaitannya sama ucapan Pak Ustadz.

Andai saja saya bertemu Mr. Obama hari ini di College, mungkin saja dia akan menyapa dan sambil tersenyum berkata: “Welcome to American College Sam, I’m happy you are here” Ngarep mode on.

4 komentar:

anbhar mengatakan...

wah.... keren ceritanya..
teruskan menulis dan mengabarkan dari sana bro...

Anonim mengatakan...

MANTAB, man!
See? You did that!

keep inspiring others..

Anonim mengatakan...

kangmas,
imac bukan laptop.
itu desktop. :)

Hestin Klaas mengatakan...

Hai.. salam kenal

thanks sudah berbagi ttg cerita CCIP di Amerika :)
Saya salah satu calon partisipan tahun ini, dan juga akan mengambil di bidang media :)

If you dont mind, boleh minta email atau facebook nya untuk bisa bercerita lebih lanjut bro?

Thank you :)

Pages