Minggu, Oktober 03, 2010

Welcome to American College - Part 3

Ini masih tentang sekolah. Entah kenapa tidak ada habis-habisnya. Terlalu banyak hal yang dapat dituliskan disini. Mungkin karena terlalu banyak perbedaan antara Indonesia dan negeri ini. Saya jadi teringat ungkapan yang mengatakn, tidak fair membandingkan antara Amerika dengan Indonesia. Saya hanya bisa tersenyum. Kayaknya saya mulai mengerti maksud ungkapan itu.

Suatu hari dosen saya pernah berkata, jika ingin betul-betul belajar datanglah ke Amerika. And it’s truly right. Sungguh sistem disini terlalu berbeda. Saya jadi ingin mengatakan kepada mereka yang bermimpi ke Amerika untuk siap mental. Sistem yang digunakan disini adalah student center. Siswa betul-betul melakukan banyak hal dan guru sebagai fasilitator.

Read,write and discuss. Disinilah murid berkutat. Read, read read. Itu yang pasti. Dan tidak main-main, bisa-bisa saja seorang dosen memberi tugas bacaan hingga dua puluh lembar hanya untuk sehari. See, mungkin kalau orang di sini it's fine. Tapi bagi kita yang kita yang dari Indonesia dimana bahasa Inggris hanya sebagai bahasa Asing, maybe it's a little bit hard. Karena gak ada jaminan sekali membaca terus kita langsung mengerti.

Write,write,write. Bukan hanya membaca, sang dosen bahkan meminta untuk menuliskan kembali atau mereview bacaan itu dengan bahasa kita sendiri-sindiri. And remember, jangan sekali-kali nyontek dari internet. Plagiarism is really a big matter here. Menyontek itu adalah masalah besar di sini. Jadi buat mereka yang taunya cuman “copy-paste”, Wach out buddy.

Dan terakhir discuss, discuss, discuss. Saatnya untuk mendiskusikan apa yang telah kita baca dengan teman-teman sekelas. Sesi diskusi seringkali membuat saya terlihat sangat bodoh. Saat semua murid Amerika itu bertanya menjawab dan saling berdiskusi, saya jadi bengong dan berusaha memahami apa yang mereka ucapkan. Sempat terasa stress bahkan merasa bahwa I am the dumbest student in the class.

Sebenarnya, bisa saja saya meninggalkan kelas atau istilah kerennya bolos. Tidak ada larangan untuk itu. Beberapa teman bahkan seringkali meninggalkan kelas di saat pelajaran sedang berlangsung jika memang bosan atau ada kegiatan. Sayangnya, ada sistem poin yang membuat murid harus berfikir untuk tidak masuk kelas. Misalnya, untuk bisa mendapatkan nilai A di kelas, seseorang butuh 100 point. Biasanya, sekali masuk kelas bisa bernilai 5-10 point. So, you may choose. Come to the class and get your poin, or leave the class and lose your point.

Hal yang begitu membedakan Indonesia dan Amerika di kelas adalah bagaimana murid dalam kelas. Entah kenapa murid begitu aktif. Bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Sang guru tidak perlu memaksa seseorang untuk berbicara. Murid di sini bahkan tidak segan-segan berbeda pendapat dengan sang guru. Dan itu adalah wajar.

Budaya mereka yang casual pun membuat Murid bisa membawa makanan dan minumannya kedalam kelas. Memakan permen atau apel saat dosen sedang memeberi kuliah. Terkadang, teman saya bahkan mengangkat satu kakinya diatas kursi atau mengangkat kedua kakinya dan meletakknanya di kursi yang lain, sambil berbicara kepada sang Professor. And It's fine. Saya bahkan sempat menemukan teman yang duduk diatas meja saat sang guru menjelaskan. Atau sebaliknya , sang dosen yang duduk di atas meja. He he he he. Tetapi disini, hal itu dianggap bukan sebagai sikap tidak menghormati. It's all about value. Bukankah tiap tempat berbeda dalam memandang sesuatu???

Suatu hari, saya sempat berkata kepada Lori, dosen saya pada mata kuliah Cultural Understanding terkait perbedaan murid di Indonesia dengan disini. “You will never see this happened in Indonesia, coz the teacher will kick you out!!!” Ini gak bakal kamu temukan di Indonesia, karena sang guru bakal mengusir siswanya yang berkelakuan kayak gitu!!! Lori yang mendengarnya hanya bisa tertawa.

Sekali lagi, it's all about value. Bagaimana kita dalam memandang sesuatu. Masih ingatkan pepatah lama: “Lain ladang lain belalang, Lain lubuk lain ikannya”


Tidak ada komentar:

Pages